Selasa, 17 Mei 2011

descartes

Latar Belakang Masalah

  1. Obyek Material

René Descartes adalah seorang filsuf yang cukup berpengaruh pada zamannya. Karena pandangan dan pemikirinnya sangat berpengaruh, maka ia dijuluki bapak filasafat modern.

  1. Obyek Formal

René Descartes mencoba untuk mengatasi masalah dengan metode mencari keraguan. Strategi dasarnya adalah mengembangkan keraguan lalu menjadi obyektif untuk menjadi kebenaran. Alirannya adalah rasionalisme. “Cogito ergo sum.” Saya berpikir, maka saya ada. Begitulah Descartes mengungkapkan makna keberadaaan. Selain kata-katanya yang terkenal itu, Descartes juga dikenal karena koordinat Cartesius. Koordinat ini memperlihatkan bahwa dengan sepasang garis lurus yang berpotongan sebagai garis-garis pengukur, suatu jaringan garis petunjuk dapat disusun, tempat bilangan-bilangan dapat ditaruh sebagai titik. Penerapan dari konsep yang diungkapkan oleh Descartes ini dapat dilihat dalam bentuk grafik, dengan sumbu x dan y.

1
Tujuan Penelitian

Filsuf Perancis, ahli matematika dan fisika Rene Descartes disebut "Bapak Filsafat Modern.". Ia dikenal sebagai fisikawan penemu hukum refraksi di optik , meskipun karyanya yang terbaik dalam filsafat.

Descartes lahir pada tanggal 31 Maret 1596, di La Haye, Touraine, Perancis, dan meninggal di Stockholm, Swedia pada tanggal 11 Februari 1650, pada umur 54 tahun.

Cartesian Dualisme Descartes

Warisan yang paling terkenal adalah "Cartesian Dualisme ', berhubungan dengan pikiran dan tubuh. Dalam cogito-Nya ("saya berpikir"), Descartes memulai proyek di mana ia mencoba untuk membuktikan keberadaan Tuhan, untuk membangun dasar pengetahuan manusia. Dia berpendapat bahwa pikiran manusia tentang Tuhan, antara lain, adalah bawaan, yaitu ditanam oleh Allah sendiri. John Locke , penulis Essay Concerning Human Understanding, tidak setuju dengan dirinya.

Meditations on First Philosophy

Meditations on First Philosophy menerbitkan catatan untuk spekulasi dalam filsafat pikiran dan epistemologi untuk setidaknya tiga abad.. Dalam buku ini, ia menggunakan metode keraguan radikal tentang pengetahuan kita tentang dunia dengan tujuan membangun satu keyakinan tertentu. Argumennya adalah salah satu yang paling terkenal dalam sejarah filsafat, "cogito ergo sum “ yang bearti “ aku berpikir maka aku ada." Programnya dalam meditations adalah untuk menempatkan pengetahuan manusia di atas fondasi yang aman. Berdasarkan keyakinannya, ia menemukan banyak yang bertentangan. Dia memutuskan untuk mencocokan dengan kepercayaannya agar 1 pikiran dapat di ikuti dengan pikiran yang lain. Untuk melakukan hal ini, ia harus mulai dengan apa yang paling pasti dan sempurna.

2

Filosofi Strategi

Descartes datang dengan pikiran yang brilian. Alih-alih mencoba untuk memeriksa setiap keyakinan dan peraturan, ia memutuskan untuk memeriksa keyakinannya terhadap metode keraguan yang terdiri dari mempertanyakan sumber keyakinan dan meragukan sumber tersebut. Jika tidak, dia yakin bahwa kepercayaan dari sumber yang tidak dapat dipercaya, tidak dapat dijadikan fondasi pengetahuan.

Dia menyadari bahwa pemikirannya berasal dari akal atau persepsi, tetapi ia juga menyadari bahwa akal juga dapat menyesatkan. Sebagai contoh, ukuran sebenarnya dari benda dapat lebih besar daripada yang kita lihat, dan lain sebagainya.

Namun demikian, ia membantah bahwa setiap informasi yang diperoleh melalui indra tidak pasti dan tidak sempurna, meskipun mungkin indra menipu, ia mengakui bahwa tidak ada cara yang dapat membedakan antara realitas dan mimpi selain indra.

Karya-karya Descartes

· The World , 1633

· Discourse on Method, (Discours de la Méthode) , 1637

· Meditations on First Philosophy, (Meditationes de Prima Philosophia) , 1641

· Principles of Philosophy, (Principia Philosophiae) , 1644

3

Hipotesis

Descartes membuat kepastian yang mutlak dalam pemikirinnya yang terkenal: Cogito, ergo sum atau "Aku berpikir, maka aku ada.". Namun, ia mengharapkan orang lain berpikir untuk melihat bagaimana kesimpulan yang dapat tercapai. Hal ini penting dalam Second Meditation di mana secara intuitif memahami kebenaran dari "aku ada" terjadi. Sehingga pendapat tentang kebenaran ini berasal dari orang pertama atau "Aku". Semua keyakinan didapati salah dalam pemikiran sebelumnya, dan karena itu semua keyakinan saat ini dianggap salah. Ini termasuk keyakinan bahwa saya memiliki akal. Namun apakah benar bahwa aku tidak ada? Tidak, karena jika aku meyakinkan diriku sendiri bahwa keyakinan saya adalah palsu, maka tentu harus ada "Aku" yang yakin. Jadi dapat disimpulkan bahwa ," aku berpikir maka aku ada,” adalah benar setiap kali dikemukakan oleh saya atau terdapat dalam pikiran saya.. Ini berarti fakta bahwa saya berpikir, terlepas dari apakah yang saya pikirkan benar atau salah, menunjukan bahwa harus ada sesuatu yang terlibat dalam hal ini, yaitu “Aku." Karena itu, "aku ada" adalah keyakinan yg tak dpt disangsikan, dan karena itu, yang berfungsi sebagai aksioma benar-benar kebenaran.

4

Metodologi Penelitian

Pikiran adalah substansi dan cara-cara substansi yang berpikir adalah ide-idenya. Bagi Descartes suatu zat adalah sesuatu yang tidak memerlukan apa-apa lagi untuk ada.. Pikiran adalah zat yang tidak dibutuhkan selain wahyu dari Tuhan. Tetapi gagasan adalah cara berpikir, dan cara bukanlah suatu zat karena cara berasal dari suatu ide pikiran. Jadi, ide-ide membutuhkan pewahyuan Tuhan, beberapa substansi yang berpikir diciptakan untuk ada. Oleh karena itu pikiran adalah substansi yang berpikir material, sementara ide-ide adalah cara berpikir.

Indra melihat kualitas tertentu dari lilin seperti kekerasannya, bau, dan sebagainya. Namun, semakin mendekati api, semua perubahan mulai terlihat. Namun, walaupun perubahan lilin itu terjadi, tetap dianggap sama seperti lilin sebelumnya.

Penalaran ini menetapkan setidaknya tiga poin penting.. Pertama, sensasi semua melibatkan beberapa jenis penilaian, yang merupakan modus pikiran. Berdasarkan prinsip ini, pikiran lebih baik daripada tubuh, karena memiliki ide-ide tentang pikiran – pikiran yang baik dan tidak hanya hal – hal yang diperluas, dan dapat mengetahui hal yang lebih banyak dari yang jasmaniah bisa dapatkan. Second, this is also supposed to show that what is unchangeable in the wax is its extension in length, breadth and depth, which is not perceivable by the senses but by the mind alone.

Kedua, ini juga menunjukkan bahwa apa yang tidak bisa diubah dalam lilin di bentuk, luas dan kedalaman, yang tidak bisa dilihat dengan jelas oleh indera tapi dapat dilihat oleh pikiran sendiri. Satu pelajaran penting adalah Descartes berusaha untuk memberitahu pembaca dari ketergantungan pada gambar akal sebagai sumber. Sebaliknya, orang harus menjadi terbiasa berpikir tanpa gambar agar dapat mengerti hal-hal yang tidak mudah diwakili oleh gambar, misalnya, Allah dan pikiran. Jadi, menurut Descartes, material, pikiran lebih baik untuk menjadi sumber – sumber pengetahuan daripada benda indrawi.

5

Referensi dan Bacaan Lanjutan

Pustaka Primer

  • Descartes, René, Oeuvres de Descartes , eds. Charles Adam and Paul Tannery, Paris: Vrin, originally published 1987-1913.
    • . Buku ini masih edisi satandar dari karya asli Descartes dan dalam bahasa aslinya.
  • Descartes, René, The Philosophical Writings of Descartes , trans. John Cottingham, Robert Stoothoff, Dugald Murdoch and Anthony Kenny, Cambridge: Cambridge Universiety Press, 3 vols.1984-1991.
    • . Buku ini menggunakan terjemahan asli dari karya filsafat Descartes.

Pustaka Sekunder

  • Ariew, Roger, Marjorie GRené, eds., Descartes and His Contemporaries: Meditations, Objections, and Replies , Chicago: University of Chicago Press, 1995.
    • Kumpulan esai dari cendekiawan terkenal yang meneliti tentang Meditations.
  • Broughton, Janet, Descartes's Method of Doubt , Princeton: Princeton University Press, 2003.
    • Penelitian tentang metode Descartes dan hasilnya.
  • Dicker, Georges, Descartes: An Analytical and Historical Introduction , Oxford: Oxford University Press, 1993.
  • Frankfurt, Harry, Demons, Dreamers and Madmen: the Defense of Reason in Descartes' Meditations , Indianapolis: Bobbs-Merrill, 1970.
  • Garber, Daniel, Descartes' Metaphysical Physics , Chicago and London: University of Chicago Press, 1992.

6

  • Gaukroger, Stephen, Descartes: An Intellectual Biography , Oxford: Clarendon Press, 1995.
  • Kenny, Anthony, Descartes: A Study of His Philosophy , New York: Random House, 1968.
  • Marshall, John, Descartes's Moral Theory , Ithaca and London: Cornell University Press, 1998.
  • Rodis-Lewis, Genevieve, Descartes: His Life and Thought , trans. Jane Marie Todd, Ithaca and London: Cornell University Press, 1998
  • Rozemond, Marleen, Descartes's Dualism , Cambridge: Harvard University Press, 1998.
  • Secada, Jorge, Cartesian Metaphysics: The Late Scholastic Origins of Modern Philosophy , Cambridge: Cambridge University Press, 2000.
  • Skirry, Justin, Descartes and the Metaphysics of Human Nature , London: Thoemmes-Continuum Press, 2005.
  • Verbeek, Theo, Descartes and the Dutch: Early Reactions to Cartesian Philosophy 1637-1650, Carbondale: Southern Illinois University Press, 1994.
  • Williston, Byron and Andre Gomby, eds., Passion and Virtue in Descartes , New York: Humanity Books, 2003.
  • Williams, Bernard, Descartes: The Project of Pure Enquiry , Sussex: Harvester Press, 1978.
  • Wilson, Margaret, Descartes , London and Boston: Routledge and Kegan Paul, 1978.
  • Balz, Descartes GA Albert dan Modern Mind, New. Haven CT: Yale University Press, 1952.

7

  • Descartes, René:. Descartes Philosophical Writings Dipilih. Diedit oleh Cottingham John. New York: Cambridge University Press, 1988. New York: Cambridge University Press, 1988.
  • Gaukroger, Stephen. Descartes: Sebuah Biografi Intelektual: Baru. York Oxford University Press, 1995.
  • Rodis-Lewis, Geneviève:. Descartes Hidup-Nya dan Pemikiran. Ithaca: Cornell University Press, 1998.
  • Strathern, Paul Menit. Descartes di 90. Chicago: Ivan R. Dee, Inc, 1996..

8

Daftar Pustaka

· Www.internetencyclopediaofphilosophy.com/rene_descartes

· www.suite101.com/descartes

· www.wikipedia.com/descartes.html

· www.parapemikir.com/rene_descartes

· www.blogger.com/main-main-sebentar-bersama-rene.html

· www.belajaronline-tarakan.htm

· www.bio-kristi.com/oregonstate.edu


sumatera barat

I

Adat istiadat Minang sangat khas, yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau matrilineal, walaupun budayanya juga sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam. Saat ini masyarakat Minang merupakan masyarakat penganut matrilineal terbesar di dunia. Selain itu, etnik ini juga telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa pra-Hindu dengan adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum. Prinsip adat Minangkabau tertuang singkat dalam pernyataan Adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah (Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al-Qur'an) yang berarti adat berlandaskan ajaran Islam.

Orang Minangkabau sangat menonjol dibidang perniagaan, sebagai profesional dan intelektual. Mereka merupakan pewaris terhormat dari tradisi tua Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang gemar berdagang dan dinamis.Hampir separuh jumlah keseluruhan anggota suku ini berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, dan Surabaya. Di luar wilayah Indonesia, suku Minang banyak terdapat di Negeri Sembilan, Malaysia dan Singapura.

Yang paling mendominasi dalam pemikiran masyarakat minangkaubau adalah mereka menganut system keibuan atau matrilineal, diman perempuanlha yang paling mendominasi dalam suatu keluarga. Perempuan yang akan menjadi asli waris dalam suatu keluarga.

Orang minangkaubau juga memiliki sikap yang gigih dan pantang menyerah, hal ini dibktikan dengan kebiasaan merantau yang serigkali mereka lakukan. Orang minangkaubau pada umumnya tidak akan pulang / kembali ke kampong halamannya jika ia belum berhasil selama masih di perantauan.

II

Rumah Adat

Istano Basa di Pagaruyung dibangun dengan arsitektur khas Minang

Rumah adat Sumatera Barat khususnya dari etnis Minangkabau disebut Rumah Gadang. Rumah Gadang biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun. Dan tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut namun belum menikah.

Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang, umumnya berbahan kayu, dan sepintas kelihatan seperti berbentuk rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau, masyarakat setempat menyebutnya Gonjong dan dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berganti dengan atap seng. Rumah Bagonjong ini menurut masyarakat setempat diilhami dari tambo, yang mengisahkan kedatangan nenek moyang mereka dengan kapal dari laut. Ciri khas lain rumah adat ini adalah tidak memakai paku besi tapi menggunakan pasak dari kayu, namun cukup kuat sebagai pengikat

Sementara etnis Mentawai juga memiliki rumah adat yang berbentuk rumah panggung besar dengan tinggi lantai dari tanah mencapai satu meter yang disebut dengan uma. Uma ini dihuni oleh secara bersama oleh lima sampai sepuluh keluarga. Secara umum konstruksi uma ini dibangun tanpa menggunakan paku, tetapi dipasak dengan kayu serta sistem sambungan silang bertakik.

Senjata Tradisional

Senjata tradisional Sumatera Barat adalah Keris. Keris biasanya dipakai oleh kaum laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, dan umumnya dipakai oleh para penghulu terutama dalam setiap acara resmi ada terutama dalam acara malewa gala atau pengukuhan gelar, selain itu juga biasa dipakai oleh para mempelai pria dalam acara majlis perkawinan yang masyarakat setempat menyebutnya baralek. Berbagai jenis senjata juga pernah digunakan seperti tombak, pedang panjang, panah, sumpit dan sebagainya.

Makanan

Dalam dunia kuliner, Sumatera Barat terkenal dengan masakan Padang dan restoran Padang. Masakan Padang terkenal dengan citarasa yang pedas, serta dapat ditemukan hampir di seluruh penjuru Nusantara, bahkan sampai ke luar negeri.

Beberapa contoh makanan dari Sumatera Barat yang sangat populer adalah Rendang, Sate Padang, Dendeng Balado, Itiak Lado Mudo, Soto Padang, dan Bubur Kampiun.

Selain itu, Sumatera Barat juga memiliki ratusan resep, seperti kipang kacang, bareh randang, dakak-dakak, rakik maco, pinyaram, dan Karupuak Balado.

Setiap kawasan di Sumatera Barat, memiliki makanan sebagai ciri khas daerah, yang biasa dijadikan sebagai buah tangan (oleh-oleh) misalnya: kota Padang terkenal dengan bengkuang, kota Padangpanjang terkenal dengan pergedel jaguang, kota Bukittinggi dengan karupuak sanjai, kota Payakumbuh dengan galamai. Minangkabau juga menonjol dalam seni berkata-kata. Ada tiga genre seni berkata-kata, yaitu pasambahan (persembahan), indang, dan salawat dulang. Seni berkata-kata atau bersilat lidah, lebih mengedepankan kata sindiran, kiasan, ibarat, alegori, metafora, dan aphorisme. Dalam seni berkata-kata seseorang diajarkan untuk mempertahankan kehormatan dan harga diri, tanpa menggunakan senjata dan kontak fisik..

Perkawinan

Dalam adat budaya suku Minangkabau, perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam siklus kehidupan, dan merupakan masa peralihan yang sangat berarti dalam membentuk kelompok kecil keluarga baru pelanjut keturunan. Bagi lelaki suku ini perkawinan juga menjadi proses untuk masuk pada lingkungan baru pada pihak keluarga istrinya. Sedangkan bagi keluarga pihak istri menjadi salah satu proses dalam penambahan anggota di komunitas rumah gadang mereka.

Pakaian perempuan Minang dalam pesta adat atau perkawinan

Dalam prosesi perkawinan adat Minangkabau, biasa disebut Baralek, mempunyai beberapa tahapan yang umum dilakukan, dimulai dengan maminang (meminang), manjapuik marapulai (menjemput pengantin pria) sampai basandiang (bersanding di pelaminan). Setelah maminang dan muncul kesepakatan manantuan hari (menentukan hari pernikahan), maka kemudian dilanjutkan dengan pernikahan secara Islam yang biasa dilakukan di Mesjid sebelum kedua pengantin bersanding di pelaminan. Pada nagari tertentu setelah ijab kabul di depan penghulu atau tuan kadi, mempelai pria akan diberikan gelar baru sebagai panggilan baru penganti panggilan nama kecil sebelumnya, dan masyarakat sekitar selanjutnya akan memanggilnya dengan nama tersebut. Gelar panggilan tersebut biasanya bermulai dari sutan, bagindo atau sidi di kawasan pesisir pantai. Sedangkan di kawasan luhak limo puluah, pemberian gelar ini tidak berlaku.

Sosial Kemasyarakatan

Persukuan

Suku merupakan basis dari organisasi sosial dan sekaligus tempat pertarungan kekuasaan yang fundamental. Pengertian awal kata suku dalam Bahasa Minang dapat bermaksud satu per-empat, sehingga jika dikaitkan dengan pendirian suatu nagari di Minangkabau, dapat dikatakan sempurna apabila telah terdiri dari komposisi empat suku yang mendiami kawasan tersebut. Selanjutnya, setiap suku dalam tradisi Minang, diurut dari garis keturunan yang sama dari pihak ibu, dan diyakini berasal dari satu keturunan nenek moyang yang sama.

Selain sebagai basis politik, suku juga merupakan basis dari unit-unit ekonomi. Kekayaan ditentukan oleh kepemilikan tanah keluarga, harta, dan sumber-sumber pemasukan lainnya yang semuanya itu dikenal sebagai harta pusaka. Harta pusaka merupakan harta milik bersama dari seluruh anggota kaum-keluarga. Harta pusaka tidak dapat diperjualbelikan dan tidak dapat menjadi milik pribadi. Harta pusaka semacam dana jaminan bersama untuk melindungi anggota kaum-keluarga dari kemiskinan. Jika ada anggota keluarga yang mengalami kesulitan atau tertimpa musibah, maka harta pusaka dapat digadaikan.

Suku terbagi-bagi ke dalam beberapa cabang keluarga yang lebih kecil atau disebut payuang (payung). Adapun unit yang paling kecil setelah sapayuang disebut saparuik. Sebuah paruik (perut) biasanya tinggal pada sebuah rumah gadang secara bersama-sama.

Nagari

Daerah Minangkabau terdiri atas banyak nagari. Nagari ini merupakan daerah otonom dengan kekuasaan tertinggi di Minangkabau. Tidak ada kekuasaan sosial dan politik lainnya yang dapat mencampuri adat di sebuah nagari. Nagari yang berbeda akan mungkin sekali mempunyai tipikal adat yang berbeda. Tiap nagari dipimpin oleh sebuah dewan yang terdiri dari pemimpin suku dari semua suku yang ada di nagari tersebut. Dewan ini disebut dengan Kerapatan Adat Nagari (KAN). Dari hasil musyawarah dan mufakat dalam dewan inilah sebuah keputusan dan peraturan yang mengikat untuk nagari itu dihasilkan.

Faktor utama yang menentukan dinamika masyarakat Minangkabau adalah terdapatnya kompetisi yang konstan antar nagari, kaum-keluarga, dan individu untuk mendapatkan status dan prestise. Oleh karenanya setiap kepala kaum akan berlomba-lomba meningkatkan prestise kaum-keluarganya dengan mencari kekayaan (berdagang) serta menyekolahkan anggota kaum ke tingkat yang paling tinggi.

Dalam pembentukan suatu nagari sejak dahulunya telah dikenal dalam istilah pepatah yang ada pada masyarakat adat Minang itu sendiri yaitu Dari Taratak manjadi Dusun, dari Dusun manjadi Koto, dari Koto manjadi Nagari, Nagari ba Panghulu. Jadi dalam sistem administrasi pemerintahan di kawasan Minang dimulai dari struktur terendah disebut dengan Taratak, kemudian berkembang menjadi Dusun, kemudian berkembang menjadi Koto dan kemudian berkembang menjadi Nagari. Biasanya setiap nagari yang dibentuk minimal telah terdiri dari 4 suku yang mendomisili kawasan tersebut.

Penghulu

Penghulu atau biasa yang digelari dengan datuk, merupakan kepala kaum-keluarga yang diangkat oleh anggota keluarga untuk mengatur semua permasalahan kaum. Penghulu biasanya seorang laki-laki yang terpilih diantara anggota kaum laki-laki lainnya. Setiap kaum-keluarga akan memilih seorang laki-laki yang pandai berbicara, bijaksana, dan memahami adat, untuk menduduki posisi ini. Hal ini dikarenakan ia bertanggung jawab mengurusi semua harta pusaka kaum, membimbing kemenakan, serta sebagai wakil kaum dalam masyarakat nagari. Setiap penghulu berdiri sejajar dengan penghulu lainnya, sehingga dalam rapat-rapat nagari semua suara penghulu yang mewakili setiap kaum bernilai sama.

Seiring dengan bertambahnya anggota kaum, serta permasalahan dan konflik intern yang timbul, maka kadang-kadang dalam sebuah keluarga posisi kepenghuluan ini dipecah menjadi dua. Atau sebaliknya, anggota kaum yang semakin sedikit jumlahnya, cenderung akan menggabungkan gelar kepenghuluannya kepada keluarga lainnya yang sesuku. Hal ini mengakibatkan berubah-ubahnya jumlah penghulu dalam suatu nagari.

Memiliki penghulu yang mewakili suara kaum dalam rapat nagari, merupakan suatu prestise dan harga diri. Sehingga setiap kaum akan berusaha sekuatnya memiliki penghulu sendiri. Kaum-keluarga yang gelar kepenghuluannya sudah lama terlipat, akan berusaha membangkitkan kembali posisinya dengan mencari kekayaan untuk "membeli" gelar penghulunya yang telah lama terbenam. Bertegak penghulu memakan biaya cukup besar, sehingga tekanan untuk menegakkan penghulu selalu muncul dari keluarga kaya.

Minangkabau Perantauan

Minangkabau perantauan merupakan istilah untuk suku Minangkabau yang hidup di luar provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Merantau merupakan proses interaksi masyarakat Minangkabau dengan dunia luar. Kegiatan ini merupakan sebuah petualangan pengalaman dan geografis, dengan meninggalkan kampung halaman untuk mengadu nasib di negeri orang. Keluarga yang telah lama memiliki tradisi merantau, biasanya mempunyai saudara di hampir semua kota utama di Indonesia dan Malaysia. Keluarga yang paling kuat dalam mengembangkan tradisi merantau biasanya datang dari keluarga pedagang-pengrajin dan penuntut ilmu agama.

Para perantau biasanya telah pergi merantau sejak usia belasan tahun, baik sebagai pedagang ataupun penuntut ilmu. Bagi sebagian besar masyarakat Minangkabau, merantau merupakan sebuah cara yang ideal untuk mencapai kematangan dan kesuksesan. Dengan merantau tidak hanya harta kekayaan dan ilmu pengetahuan yang didapat, namun juga prestise dan kehormatan individu di tengah-tengah lingkungan adat.

Dari pencarian yang diperoleh, para perantau biasanya mengirimkan sebagian hasilnya ke kampung halaman untuk kemudian diinvestasikan dalam usaha keluarga, yakni dengan memperluas kepemilikan sawah, memegang kendali pengolahan lahan, atau menjemput sawah-sawah yang tergadai. Uang dari para perantau biasanya juga dipergunakan untuk memperbaiki sarana-sarana nagari, seperti mesjid, jalan, ataupun pematang sawah.

Sebab Merantau

Faktor Budaya

Ada banyak penjelasan terhadap fenomena ini, salah satu penyebabnya ialah sistem kekerabatan matrilineal. Dengan sistem ini, penguasaan harta pusaka dipegang oleh kaum perempuan sedangkan hak kaum pria dalam hal ini cukup kecil. Selain itu, setelah masa akil baligh para pemuda tidak lagi dapat tidur di rumah orang tuanya, karena rumah hanya diperuntukkan untuk kaum perempuan beserta suaminya, dan anak-anak.

Para perantau yang pulang ke kampung halaman, biasanya akan menceritakan pengalaman merantau kepada anak-anak kampung. Daya tarik kehidupan para perantau inilah yang sangat berpengaruh di kalangan masyarakat Minangkabau sedari kecil. Siapa pun yang tidak pernah mencoba pergi merantau, maka ia akan selalu diperolok-olok oleh teman-temannya. Hal inilah yang menyebabkan kaum pria Minang memilih untuk merantau. Kini wanita Minangkabau pun sudah lazim merantau. Tidak hanya karena alasan ikut suami, tapi juga karena ingin berdagang, meniti karier dan melanjutkan pendidikan.

Menurut Rudolf Mrazek, sosiolog Belanda, dua tipologi budaya Minang, yakni dinamisme dan anti-parokialisme melahirkan jiwa merdeka, kosmopolitan, egaliter, dan berpandangan luas, hal ini menyebabkan tertanamnya budaya merantau pada masyarakat Minangkabau. Semangat untuk merubah nasib dengan mengejar ilmu dan kekayaan, serta pepatah Minang yang mengatakan Karatau madang dahulu, babuah babungo alun, marantau bujang dahulu, di rumah paguno balun (lebih baik pergi merantau karena dikampung belum berguna) mengakibatkan pemuda Minang untuk pergi merantau sedari muda.

III

Musik

Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatera Barat yang dicampur dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Hal ini karena musik Minang bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak didengar dan bisa diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari instrumen alat musik tradisional saluang, bansi, talempong, rabab, dan gandang tabuik.

Ada pula saluang jo dendang, yakni penyampaian dendang (cerita berlagu) yang diiringi saluang yang dikenal juga dengan nama sijobang.

Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu-lagu dari daerah ini pada umumnya bersifat melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan struktur masyarakatnya yang memiliki rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan dan kecintaan akan kampung halaman yang tinggi ditunjang dengan kebiasaan pergi merantau.

Industri musik di Sumatera Barat semakin berkembang dengan munculnya seniman-seniman Minang yang bisa membaurkan musik modern ke dalam musik tradisional Minangkabau. Perkembangan musik Minang modern di Sumatera Barat sudah dimulai sejak tahun 1950-an ditandai dengan lahirnya Orkes Gumarang.

Elly Kasim, Tiar Ramon dan Yan Juned adalah penyanyi daerah Sumatera Barat yang terkenal di era 1970-an hingga saat ini.

Randai2.ogg

Sebuah pertunjukan randai

Tarian tradisional

Secara garis besar seni tari dari Sumatera Barat adalah dari adat budaya etnis Minangkabau dan etnis Mentawai. Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama Islam, keunikan adat matrilineal dan kebiasan merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, diantaranya Tari Pasambahan, Tari Piring, Tari Payung dan Tari Indang. Sementara itu terdapat pula suatu pertunjukan khas etnis Minangkabau lainnya berupa perpaduan unik antara seni bela diri yang disebut silek dengan tarian, nyanyian dan seni peran (acting) yang dikenal dengan nama Randai.

Sedangkan untuk tarian khas etnis Mentawai disebut Turuk Laggai. Tarian Turuk Langai ini umumnya bercerita tentang tingkah laku hewan, sehingga judulnya pun disesuaikan dengan nama-nama hewan tersebut, misalnya tari burung, tari monyet, tari ayam, tari ular dan sebagainya.

Adat dan Budaya

Randai1.ogg

Sebuah pertunjukan randai

Adat dan budaya Minangkabau bercorakkan keibuan (matrilineal), dimana pihak perempuan bertindak sebagai pewaris harta pusaka dan kekerabatan. Menurut tambo sistem adat Minangkabau pertama kali dicetuskan oleh dua orang bersaudara, Datuk Perpatih Nan Sebatang dan Datuk Ketumanggungan. Datuk Perpatih mewariskan sistem adat Bodi Caniago yang demokratis, sedangkan Datuk Ketumanggungan mewariskan sistem adat Koto Piliang yang aristokratis. Dalam perjalanannya, dua sistem adat yang dikenal dengan kelarasan ini saling isi mengisi dan membentuk sistem masyarakat Minangkabau.

Dalam masyarakat Minangkabau, ada tiga pilar yang membangun dan menjaga keutuhan budaya serta adat istiadat. Mereka adalah alim ulama, cerdik pandai, dan ninik mamak, yang dikenal dengan istilah Tali nan Tigo Sapilin. Ketiganya saling melengkapi dan bahu membahu dalam posisi yang sama tingginya. Dalam masyarakat Minangkabau yang demokratis dan egaliter, semua urusan masyarakat dimusyawarahkan oleh ketiga unsur itu secara mufakat.

Kesenian

Suku Minangkabau memiliki berbagai macam atraksi dan kesenian, seperti tari-tarian yang biasa ditampilkan dalam pesta adat maupun perkawinan. Diantara tari-tarian tersebut misalnya tari pasambahan merupakan tarian yang dimainkan bermaksud sebagai ucapan selamat datang ataupun ungkapan rasa hormat kepada tamu istimewa yang baru saja sampai, selanjutnya tari piring merupakan bentuk tarian dengan gerak cepat dari para penarinya sambil memegang piring pada telapak tangan masing-masing, yang diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh talempong dan saluang.

Silek atau Silat Minangkabau merupakan suatu seni bela diri tradisional khas suku ini yang sudah berkembang sejak lama. Selain itu, adapula tarian yang bercampur dengan silek yang disebut dengan randai. Randai biasa diiringi dengan nyanyian atau disebut juga dengan sijobang, dalam randai ini juga terdapat seni peran (acting) berdasarkan skenario.